Kelompok 10 :
Riri Amalia
Tika Ramadhani Fitri
Dita Sundari
Indah Kartika Dewi
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG SEKOLAH
a. Profil
Sekolah
Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) ini bernama SMK
Tritech Informatika Medan dengan nomor pokok
sekolah nasional 10261412. SMK Tritech Informatika berada di
Jln. Bhayangkara No. 522 CDE, Indra Kasih, Medan Tembung, Sumatera
utara.
Sekolah Menengah Kejuruan Tritech berstatus sekolah swasta yang
ditetapkan pada
tanggal 06 Agustus 2010 dengan nomor surat izin 420/10985/PPMP/09.
Penyelanggara sekolah ini adalah
Yayasan Pendidikan Triadi Teknologi. Website dan email sekolah ini
adalah http://www.tritech.sch.id dan smktritech@gmail.com. Telepon/ Faximile 061-6635991/ 061-6641576.
Bidang keahlian SMK ini adalah teknik informasi dan komunikasi.
Kompetensi
keahlian SMK ini adalah TKJ, Multimedia, dan RPL.
b.
Sejarah Singkat Sekolah
Berawal dari niat suci Yayasan
Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT dan
pengabdian
dirinya bagi dunia pendidikan. SMK Tritech Informatika berdiri diawali
dengan
dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi nama
Tritech
Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat maka
pada tanggal
20 Mei 2010 didirikanlah SMK Tritech
Informatika dengan memakai konsep SMK IT Modern.
SMK
Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik
Keterampilan
Jaringan, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jl.
Bhayangkara No. 522 Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman
tamatan
S1 dan S2 dari Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh
Badan
Akreditasi Nasional. Pada saat ini SMK Tritech Informatika mengasuh 1000
siswa/i, dengan jumlah pendidik sebanyak 80 orang dan tahun ajaran
2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl. Bhayangkara No. 484 dengan
jumlah
kelas sebanyak 36 ruang. Guna pengembangan selanjutnya pada tahun 2013
akan
dibuka STMIK dan PLSM, hal ini dilakukan dalam rangka memenuhi keinginan
masyarakat
dan membantu program pemerintah dalam bidang pendidikan.
c. Visi
dan Misi Sekolah
-
Visi
Menjadikan SMK berbasis teknologi
Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional.
-
Misi
Siswa/i mampu menguasai komputer software
dan hardware serta jaringan IT. Melahirkan generasi yang handal
dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.
B. DATA
OBSERVER
Observer yang
mengamati proses belajar mengajar di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Tritech Informatika Kelas X TKJ 2, yaitu:
a.
Nama : Riri Amaliah
NIM
: 101301003
b.
Nama : Dita Sundari
NIM
: 101301009
c.
Nama : Tika Ramadhani
NIM
: 101301018
d.
Nama : Indah Kartika
NIM
: 101301108
e.
Nama : Efrianty Shaila
(Tidak Hadir)
NIM
: 101301119
C. KONDISI
FISIK KELAS
Ukuran ruangan kelas
sekitar 8 x 6 m. Di dalam kelas terdapat 26 bangku cheetos, 1
kursi
guru, dan meja guru. Selain itu, terdapat kipas angin, AC, televisi, whiteboard
yang dilapisi kaca, spidol, proyektor, tong sampah, dan CCTV.
D. HASIL
OBSERVASI
Kelompok melakukan
observasi di kelas X TKJ 2, pada
tanggal 18 November 2013 pukul 08.15 – 09.15 WIB. Jumlah siswa di kelas X
TKJ 2
ialah 26 orang, yang terdiri dari 19 laki-laki dan 7 perempuan.
Berdasarkan
hasil observasi, media pembelajaran yang digunakan oleh guru ialah papan
tulis
dan spidol. Sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh siswa ialah
buku
dan pena. Guru meminta siswa untuk mencatat, kemudia mengulang dan
menanyakan
kembali materi yang telah di jelaskan. . Dalam proses belajar mengajar
guru
menggunakan kata ‘kau’ untuk memanggil siswa.
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
TEORI DAN PEMBAHASAN
A. TEORI
·
Kondisi Belajar Robert
Gagne
Gagne mengungkapkan
lima variasi belajar yang
memenuhi kriteria, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual,
keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif (Gagne, 1972, 1977a,
1985
dalam Gredler, 20110. Gagne (1977, 1985 dalam Gredler, 2011)
mengidentifikasi
keadaan internal dan proses yang penting dalam mencapai masing-masing
tipe
belajar tersebut. Keadaan itu adalah kondisi belajar internal. Akan
tetapi,
yang juga penting adalah situmulus dari lingkungan yang berinteraksi
dengan
pemrosesan internal pelajar. Dukungan lingkungan ini ialah kondisi
belajar
internal .
Mengembangkan
Strategi
Kelas
Menurut pendekatan
sistem, perancangan pelajaran di
kelas adalah salah satu komponen dari proses keseluruhan yang mencakup
baik itu
kurikulum maupun pembelajaran.
-
Model
Perancangan Sistem
Model sistem untuk
merancang pembelajaran dicirikan
oleh tiga ciri utama. Pertama, pembelajaran dirancang untuk
tujuan dan
sasaran spesifik. Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan
media dan
teknologi pembelajaran lain. Ketiga, uji coba, revisi material,
dan
pengujian lapangan atas material yang merupakan bagian integral dari
proses
perancangan. Dengan kata lain, model sistem menspesifikasikan tujuan,
rancangan
pembelajaran, dan uji coba material pada siswa, revisi pembelajaran
sampai
prestasi yang diharapkan tercapai.
-
Peran
Media dalam Pembelajaran
Istilah “ media “
biasanya membuat kita berpikir
tentang pembelajaran yang dibantu komputer, televisi pembelajaran,
rekaman
video, dan CD/DVD, dan sistem penyampaian mekanis lainnya. Namun, media
pembelajaran juga mencakup guru, teks tertulis, dan objek
riil-ringkasnya
setiap sarana fisik yang mengkomunikasikan pesan pembelajaran (Gagne
&
Briggs, 1979; Reiser & Gagne, 1983 dalam Gredler, 2011). Model
pemilihan
media yang dikembangkan oleh Raiser dan Gagne (1983) mengemukakan bahwa
pertama
kita akan mengidentifikasi serangkaian pilihan yang tepat dan kemudian
mempersempit pilihan itu menjadi satu atau dua saja. Kemudia Me-review
pilihan untuk menilai kemampuan dalam menyediakan kegiatan pembelajaran.
Pilihan terakhir didasarkan pada faktor praktis. Model seleksi media
berguna
untuk mengembangkan pemikiran seseorang tentang berbagai macam media
untuk
pembelajaran.
·
Komponen
Pembelajaran Albert Bandura
Dalam
teori kognitif-sosial, komponen ensensial dari belajar adalah model
kelakukan,
penguatan pada model, dan pemrosesan kognitif pemelajar terhadap
pemodelan
perilaku. Oleh karena itu, komponen pembelajaran adalah (a) mengidentifikasi model
yang patut di kelas, (b) menentukan nilai fungsional dari perilaku dan,
(c)
memandu pemrosesan internal pemelajar yang mencakup membantu pelajar
memahami
ketangguhan dirinya.
·
Konteks
Sosial untuk Belajar Albert Bandura
Teori
kognitif-sosial membahas isu belajar dalam latar naturalistik. Teori ini
mendeskripsikan secara spesifik bahwa mekanisme yang digunakan individu
untuk
saling belajar satu sama lain selama menjalani kehidupan sehari-hari.
Observasi
atas berbagai model dan penguatan yang diberikan ke kawan dan orang lain
merupakan hal yang sangat memengaruhi belajar.
A. PEMBAHASAN
·
Kondisi Belajar Robert
Gagne
Gagne mengemukakan
bahwa kondisi internal dan proses
merupakan hal yang penting untuk mencapai tipe belajar. Kondisi internal
ini
meliputi keadaan internal dan proses kognitif dalam diri pelajar. Namun,
dalam
mencapai hasil belajar kondisi internal tersebut berinteraksi dengan
kondisi
eksternal yaitu stimulus dari lingkungan yang meliputi kondisi belajar
eksternal dan kegiatan instruksi.
Menurut kelompok,
keadaan ruang kelas, fasilitas
kelas, dan guru merupakan kondisi eksternal yang berpengaruh pada hasil
belajar. Jika melihat ruang kelas X TKJ 2, ruangan kelas tersebut cukup
nyaman
dengan fasilitas yang sangat mendukung. Ruangan yang bersih ditambah
lagi
adanya kipas angin dan AC yang membuat suhu di dalam kelas tidak gerah.
Selain
itu, jumlah siswa yang berjumlah 26 membuat kelas tidak terlalu ramai
dan cukup
kondusif. Media pembelajaran seperti TV, proyektor juga sangat mendukung
proses
belajar mengajar. Jadi, menurut kelompok kondisi eksternal dari kelas X
TKJ 2
yang meliputi ruangan kelas dan media pembelajaran sangat mendukung
terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif.
Guru diberikan media
yang cukup lengkap untuk
mengajar seperti whiteboard, TV, dan juga proyektor. Selain itu,
siswa
juga di izinkan untuk menggunakan laptop. Namun, guru juga harus mampu
memilih
media apa yang digunakan untuk mengajar. Media yang ia gunakan harus
sejalan
dengan materi yang ingin di sampaikan. Ketika kelompok melakukan
observasi,
kelas X TKJ 2 sedang belajar biologi. Guru menggunakan media papan tulis
dengan
menggambarkan skema klasifikasi tumbuhan. Guru mengatakan bahwa
sebenarnya
siswa di perkenankan menggunakan laptop, hanya saja ketika materi yang
disampaikan mengenai klasifikasi tersebut tidak perlu menggunakan laptop
maka
guru hanya menggunakan papan tulis sebagai media. Dan kemudian ia
meminta siswa
untuk mencatat kembali apa yang telah dituliskan di papan tulis.
Pemilihan
media apa yang digunakan saat mengajar juga penting. Salah satu faktor
yang
mempengaruhi ialah waktu. Seperti yang dikatakan oleh guru tersebut
bahwa waktu
untuk satu les mata pelajaran sekitar 45 menit. Jadi, dengan waktu yang
singkat
guru harus mampu menyampaikan materi. Ketika materi yang seharusnya
dijelaskan
dengan rinci tetapi hanya digantikan dengan menonton film atau video
mungkin
hanya dapat menyajikan materi tetapi tidak ada kesempat untuk melakukan
tanya
jawab. Jadi, media yang dipilih oleh guru dengan hanya menggunakan media
papan
tulis menurut kelompok cukup tepat. Karena, setelah menjelaskan guru
masih bisa
melakukan tanya jawab dan memberikan soal. Jadi, menurut kelompok media
papan
tulis yang digunakan guru untuk mengajar biologi tersebut merupakan
pilihan
yang tepat.
·
Model
perancangan sistem
Model sistem untuk
merancang pembelajaran dicirikan
oleh tiga ciri utama. Pertama, pembelajaran dirancang untuk
tujuan dan
sasaran spesifik. Tentunya, setiap guru mata pelajaran sudah menyiapkan
RPP
(Rancangan Program Pembelajaran), dimana di dalam RPP sudah terangkum
dengan
jelas standar kompetensi yang akan dicapai dan metode apa yang digunakan
untuk
mencapainya. Kedua, pengembangan
pembelajaran menggunakan media dan teknologi pembelajaran lain.
Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan kelompok, diketahui bahwa guru
menggunakan media
papan tulis dalam mengajar biologi. Selain itu, juga tersedia media lain
seperti proyektor dan TV yang tentu mendukung dalam proses pengmbangan
pembelajaran. Ketiga, uji coba, revisi material, dan pengujian
lapangan
atas material yang merupakan bagian integral dari proses perancangan.
Guru di
kelas X TKJ 2, setelah ia menjelaskan materi ia meminta siswa/I untuk
menjelaskan kembali dengan memberikan pertanyaan. Dan ketika siswa/I
memberikan
jawaban yang kurang tepat guru juga merevisi jawaban tersebut. Kemudian,
guru
meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan, hanya saja
waktunya
tidak cukup sehingga guru tidak bisa memeriksa jawaban siswa/I sehingga
menjadikan soal-soal tersebut sebagai tugas.
·
Komponen
Pembelajaran
Albert Bandura
Ada
tiga komponen pembelajaran, yaitu: Pertama,
mengidentifikasi
model yang patut di kelas. Dalam komponen ini dikatakan bahwa baik itu
guru
maupun siswa dapat berfungsi sebagai model hidup untuk berbagai macam
perilaku
akademik maupun perilaku sosial. Di kelas X SMK Tritech
Informatika dapat dilihat
hasil observasi bahwa guru menggunakan kata “kau” dalam mengajar.
Walaupun bagi
remaja pengaruh model teman sebaya lebih besar namun guru bertanggung
jawab
atas kelas dan berperan penting sebagai model tanggung jawab. Sehingga,
hal ini
perlu diperhatikan bagi seorang guru dalam memilih kata-kata yang akan
digunakan saat mengajar. Selain itu, siswa juga kurang kondusif saat
belajar.
Hal ini dapat menyebabkan siswa lain terganggu dalam belajar. Sehingga
seorang
guru harus memperhatikan hal ini juga dikarenakan seorang guru
bertanggung
jawab atas kelasnya.
Kedua, menentukan nilai fungsional
dari perilaku. Menurut teori kogniti-sosial, seseorang memperhatikan
kejadian
di lingkungan yang memprediksi penguatan (Bandura, 1977). Menciptakan
nilai
fungsional dari perilaku sosial juga penting dalam kelas. Penguatan
terhadap
model teman sebaya untuk mengerjakan tugas dengan tenang, bersikap
tertib saat
hendak istirahat, dsb, dapat memengaruhi adopsi perilaku teman sekelas. Siswa
kurang kondusif dalam
belajar. Tidak semua siswa kurang kondusif dalam belajar, sehingga,
guru dapat memberi
penguat kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan tenang. Supaya siswa
yang
kurang kondusif dapat sedikit tenang setelah melihat siswa yang kondusif
saat
belajar diberikan penguatan.
Ketiga, memandu pemrosesan internal.
Ada beberapa bagian yang termasuk kedalam membimbing pemrosesan internal
pemelajar yang mencakup membantu pelajar memahami ketangguhan dirinya.
Salah
satunya adalah memfasilitasi ketangguhan pemelajar. Ketangguhan diri di
kelas dapat
diperkuat dengan mengamati kesuksesan teman yang kompetensinya dianggap
sama.
Berdasarkan teori ini, tidak ada hasil observasi yang tepat berkaitan.
Namun
jika dilihat lagi, siswa yang kurang kondusif dapat kondusif jika ia
mengamati
kesuksesan temannya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya seorang guru
memberikan
penguatan kepada siswa yang kondusif. Dengan begitu siswa yang kurang
kondusif
bisa melihat kesusksesan siswa lain dalam belajar.
·
Konteks
Sosial
untuk Belajar Albert Bandura
Observasi yang
dilakukan siswa dapat
memengaruhi belajar. Saat siswa yang kurang kondusif tetap dibiarkan
saja
mereka berisik maka siswa lain yang mengamati bisa ikut berisik juga.
Apalagi guru
tidak merespon siswa-siswa yang berisik tersebut. Bisa saja membuat
siswa lain merasa
berisik bukanlah masalah. Sehingga siswa yang kurang kondusif bertambah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
·
Kesimpulan
Sekolah Menengah
Kejuruan
(SMK) bernama SMK Tritech Informatika memiliki 3
Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan dan Multimedia.
Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) bernama SMK Tritech Informatika memiliki 3
Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan
Multimedia. SMK Ttitech Informatika juga telah memiliki visi dan misi
yang
sudah mulai dikembangkan lebih baik lagi. Bahan pembelajaran yang digunakan khususnya SMK
Tritech dilihat dari
banyaknya bahan pembelajaran yang
dapat membantu siswanya mengenal akan dunia sosial yang menjadi pusat
perhatian
dunia sekarang ini. Fasilitas
di setiap ruangan yang ada di sekolah
ini memiliki tujuan sebagai media belajar yang dapat
digunakan dalam proses belajar. Fasilitas yang digunakan juga dapat
membantu
siswa dan siswi untuk memahami kemajuan tekhnologi yang sedang
berkembang di
masa sekarang. Konteks sosial yang ada pada lingkungan sekolah baik
karena
adanya kerja sama antara pengajar dan pelajar dalam mencapai tujuan
sekolah sehingga tidak adanya jarak
antara guru dan siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar. Perlunya kerja sama juga menimbulkan
tanggung
jawab bersama untuk menjadikan Suasana dalam proses belajar menjadi
efektif dan
berjalan sebagaimana mestinya.
·
Saran
1.
Sebaiknya
fasilitas yang sudah ada difungsikan dengan baik lagi.
2.
Sebaiknya
pengajar memperhatikan interaksinya terhadap pelajar agar
terjalin komunikasi yang baik.
3.
Design
kelas harus lebih diperhatikan agar terlihat jelas dan tidak
sempit.
4.
Pengajar
dapat mengkontrol suasana kelas agar tetap tenang ketika saat
proses belajar sedang berlangsung.
5.
perlunya buku
tambahan yang digunakan untuk proses belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Gredler, Margaret E.
2011. Learning
and Instruction : Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta : Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar